Unknown
Pada awalnya sebuah penyangkalan atas kamu ialah hal paling masuk akal. Bahwa mempercayai kamu adalah selewatan kisah dalam hidupku yang basah. Dengan peluh, air mata, senyum-senyum penyembunyi amarah dan kecewa. Hingga kini, sudah entah berapa bulan lahir kemudian mati kita saling kenal ditambah beberapa kali bertemu. Aku jatuh suka.

Meskipun kita tidak lagi memandang gugusan awan yang sama, terpisah ribuan kilometer dan milyaran molekul samudera hingga kau akhirnya bisa tiba di persisirku dan aku di pelukanmu. Kita tidak pernah benar-benar terpisah.

Ada saja yang selalu menyita waktu kita berbincang, di jaringan interaksi social. Kita menikmati apa adanya kita tanpa menuntut terlalu banyak, tanpa menyembunyikan apa-apa tentang hal-hal yang tak kita ceritakan pada semua orang. Tanpa sadar kita membangun dunia sendiri di bawah permukaan dunia yang kita sama-sama kenal. Hanya berdua saja.
Mungkin . . .

Tak perlu ada yang aku takutkan, kehilanganmu jauh dari pikiran. Karena jika satu hari kamu tidak muncul, kamu tidak pernah pergi terlalu jauh. Semakin kamu tidak ada, semakin aku yakin kamu tidak pergi kemana-mana.
Jika kamu hadir setiap waktu, aku malah takut kamu akan pergi suatu hari dan tidak akan kembali lagi.

Mudah sekali mencintaimu, aku mengerti kenapa kamu istimewa bagi seseorang. Pun bagaimana kamu sangat menyita perhatian. Selama ini aku mengenal benteng-benteng dan pagar-pagar dalam hal mencintai agar aku tidak terluka lagi jika aku terlalu tidak peduli dengan kenyataan di sekitarku. Maka, aku membatasi diriku, untuk tidak mencintaimu.

Sebuah penyiksaan manis. Sesungguhnya.
Aku tidak bisa mengakui cintaku padamu, karena ada hati lain yang mencintaimu lebih dulu dari aku. Dan mungkin lebih besar dari milikku

0 Responses

Posting Komentar

Sample Text

Text Widget

Category

Powered By Blogger

Popular Posts