Unknown
Selamat sore sayang,

Ini hari terakhir di bulan jingga sebelum kita mennyambut bulan merah jambu sayang.
Sayang? Iya, sayang. Mengakui rasa ternyata tak semudah menuliskannya melalui aksara ya? Aku rasa kau paham, betapa aksara ternodai oleh dusta pikiran dan berkilah pada rasa. Ah, “aku rasa”. Baiknya ku ganti saja,“rasa” menjadi “ingin”, agar kau tahu maksudku. Mengatasnamakan “rasa” melalui aksara yang nyatanya belum benar terasa, bukankah itu suatu kebohongan? Bukan hanya membohongi si pembaca aksara, tapi juga ia yang menuliskannya. Untuk apa yang tidak benar terasa, enggan ku tuliskan apalagi mengucapkannya. Aku tak ingin aksara kehilangan makna, terlebih membohongi diriku sendiri untuk apa yang tak ada.
Namun entahlah, denganmu aku seperti membunuh egoku pelan dan pelan. Membiarkan terkikis dan terhanyut pada sungai-sungai paradoks. Membawaku menjauh dari hulu stigma yang selama ini erat-erat kugenggam, entah kemana. Aku berharap, mengalir sempurna senatural mungkin, yang tidak hanya bermuara padamu saja, tapi kita.
Menurutku, “Perasaan membutuhkan waktu untuk tumbuh seperti tulang pada tubuh. Proses.”
Katamu, “Perasaan adalah makhluk yang absurd yang hidup dalam dunia tanpa ruang dan waktu, pada masing-masing hati manusia.”

Aku benci mengakui, kalau kau benar.
Nyata seperti menamparku kini. Mempermainkan kata-kata seolah-olah benar tidak ingin berpihak padaku. Kau tahu siapa penyebab lahirnya nyata? Sang waktu. 
Waktu yang tidak membiarkanku tersesat pada kontradiksi rimba hatiku sendiri, ia yang melahirkan nyata dan memaksa untuk menelan pahit kata-kataku. 

Aku enggan, kemudian nyata malah mencekik kuat-kuat leherku, tak berhenti sampai aku berteriak kejujuran yang sebenar-benarnya pada semeseta. Aku menyerah. Aku berteriak kencang-kencang, membiarkan semesta tahu, aku menyayangimu. Iya, aku menyayangimu. Bukan hanya kamu, tapi kita.

Bagaimana kabarmu, sayang? Ah, aku lupa menanyakan kabarmu pada awal surat. aku malah asik berbicara tak karuan. 
Bagaimana dengan kabar ibukota? "penyakitan" dimana-mana. Aku melihat mereka; penghuni ibukota, mencerca dan mengeluarkan sumpah serapah pada linimasa. Bukan, mereka marah bukan karena bumi digenangin air bah oleh hujan. Tapi karena hujan, banjir dimana-mana dan memutuskan aktivitas mereka. Tidakkah terdengar egois, sayang? Aku ingat apa yang kau katakan;
“Jangan salahin hujan. Bumi dan hujan akur dari dulu, sebelum ada beton dan aspal.”

Kau memang pintar. Aku rasa kau benar lagi kali ini. Mereka terlalu arogan, tuk mengakui bahwa merekalah penyebab langit menangis dan bumi tergenangi. 
Ah, sudahlah. Surat ini ku kirim jauh-jauh bukan untuk membicarakan mereka, tapi tentang kita. Aku harap Pak Pos tidak terhalang banjir untuk menyampaikan surat ini kepadamu. Berharap surat ini kau baca saat sore tiba sesaat sebelum senja, seperti sore saat aku menulis ini, seperti sore saat pertemuan terakhir kita, sore yang bernama; Kita.

Ah, aku mulai meracau lagi. Sudah yah, aku harus membereskan hati yang kau kacaukan bersamaan dengan datangnya egoku, terakhir belakangan ini. Kalian selalu meributkan apa yang seharusnya terjadi disana, dimasa depan kita. Aku rasa kalian berdua akan kalah. Naluriku lebih hebat. Ia lebih mengerti kemana seharusnya hati berpijak. Sebelum ia datang, bertengkar saja terus dengan egoku, biarkan kejujuran terlahir dari sayatan-sayatan yang kalian perbuat pada masing-masing diri.

Jaga dirimu baik-baik ya, sayang. Aku tidak ingin aset kebahagiaan masa depanku hancur begitu saja oleh kecerobohanmu sendiri. Aku disini sedang belajar mendamaikan kalian berdua. Meski seringnya aku nikmati dan tertawa sendiri. Jangan pernah letih bertengkar ya, sayang. Jika keringat-keringat letih mulai menetes dari hatimu, ingatlah, aku tidak sekedar menyayangimu, aku menyayangi kita.


Tertanda,

Lelaki penunggu Senja
Unknown
Selamat sore sayang,

Ini hari ke tiga puluh di bulan jingga,dan entah surat keberapa yang kutujukkan untuk pemilik hatiku yang utuh. Bagaimana kabarmu, wahai wanita yang selalu saja kusebut abu-abu?
Jangan lagi sakit ya, aku khawatir. Kuasaku ditelan jarak untuk menjagamu dengan sebuah hadir.
Empat ratus kilometer jarak yang memisahkan kita. But hey, it just a damn number, right? Aku tidak perduli. Berbicara denganmu meski lewat sambungan gsm, aku rasa lebih dari cukup menghadirkanmu di keseharianku. Meski rindu nampaknya selalu mencumbu diantaranya.
Kau ingat bukan, aku adalah pelupa yang hebat? Aku mohon kau tak kan marah, jika wajahmu mulai memudar dalam ingatan. Hanya nampak bayang-bayang pucat, seolah kau hanya sebuah penampakan. Ya, jika bukan karena foto-foto yang kumiliki, aku rasa ingatan lumpuh dalam diri. Ah, aku tidak perduli. Bukan wajah yang elok yang menjadi penilai untuk hati, tapi rasa yang kau beri.

Yang aku tahu, aku menyayangimu dan itu cukup bagiku untuk menjadikanmu wanita satu-satunya dalam hati.
Setidaknya disini hati berani untuk jujur pada diri. Bahwa rasa sayang menjadi mahkota bukan berdasarkan fisik. Jika jarak membuat mata kita buta tentang sosok yang merajai pikiran, tapi jarak pula yang membuat kita menjadi penguasa pada masing-masing hati.
Jarak pula yang menjadi pengendali rindu yang selalu tumbuh detik demi detik. Persetan dengan jarak! Jarak tidak akan pernah menjauhkanmu dariku. Pikiran dan hati tempat kau bersemayam, tak kan mudah memudarkan perasaan meski jarak membentang jauh.
Yang aku benci pada jarak adalah saat hadir begitu penting di saat-saat yang sinting. Meski sebuah kita menjadi penenang dalam hidupmu yang semakin miring, bukan berarti tidak terselip duka yang tak lagi hening. Aku ingin berada disamping meski kau coba tuk berpaling, tapi jarak menjadi nyata di saat-saat genting.
Aku benci.
Tapi percayalah sayang, meski raga tak hadir, doa-doaku terlafalkan untuk memelukmu dari belakang. Hanya doa yang ku percaya memelukmu tanpa sebuah hadir untuk hatimu yang getir.
Aku tidak percaya bahwa jaraklah yang menguatkan masing-masing hati. Seperti obat kuat yang menguatkan seksualitas seorang laki-laki lebih tinggi, jarak menjadi obat bagi kita untuk menguatkan diri bertahan dengan rindu-rindu yang semakin liar. Menjalar di tiap detik, membuatkan tinggi hasrat cinta hingga pertemuan kan terlahir.
Mari bersama-sama bersabar sayang. Aku percaya Tuhan memiliki rencananya sendiri untuk menyatukan cinta kita dalam sebuah kehadiran, seperti pertemuan pertama kita yang tidak direncanakan. Aku menyukai hal-hal ganjil yang mengejutkan. Seperti rasa yang tiba-tiba mengulum hati meski kita tak mengerti bagaimana cara berbagi, seperti rindu yang terkadang memuncak dan tak tahu diri, seperti jarak yang acap kali membuat muak pun ternyata menjadi penggenap untuk masing-masing hati. Menyenangkan bukan? bagaimana sebuah ganjil ternyata malah memberi kebahagiaan yang berlebih-lebih bak nyanyian kegembiraan dalam sebuah injil.
Sayang, aku yakin jarak tak kan menyulitkan jika hati yang ingin kita tautkan. Percayalah sayang, semua akan terjadi pada saat yang sangat tepat. Meski kita seringnya berbeda pendapat, tapi itulah yang membuat hati lebih hebat.
Jaga dirimu baik-baik sayang. Aku tak kan memintamu untuk mengingatku, cukup maknai kita dalam-dalam hatimu yang terdalam. Aku percaya, tidak akan ada yang sia-sia; selama ketulusanlah yang utama. Ikhlaskan untuk apa yang tak dapat terjadi sekarang, aku lebih senang jika mengalah untuk sebuah menang. Kemenangan untuk sebuah kita.

Tertanda,
Lelaki Sore (yang selalu mengutuk dan bersyukur terlahirnya sebuah jarak).
Unknown
Pada awalnya sebuah penyangkalan atas kamu ialah hal paling masuk akal. Bahwa mempercayai kamu adalah selewatan kisah dalam hidupku yang basah. Dengan peluh, air mata, senyum-senyum penyembunyi amarah dan kecewa. Hingga kini, sudah entah berapa bulan lahir kemudian mati kita saling kenal ditambah beberapa kali bertemu. Aku jatuh suka.

Meskipun kita tidak lagi memandang gugusan awan yang sama, terpisah ribuan kilometer dan milyaran molekul samudera hingga kau akhirnya bisa tiba di persisirku dan aku di pelukanmu. Kita tidak pernah benar-benar terpisah.

Ada saja yang selalu menyita waktu kita berbincang, di jaringan interaksi social. Kita menikmati apa adanya kita tanpa menuntut terlalu banyak, tanpa menyembunyikan apa-apa tentang hal-hal yang tak kita ceritakan pada semua orang. Tanpa sadar kita membangun dunia sendiri di bawah permukaan dunia yang kita sama-sama kenal. Hanya berdua saja.
Mungkin . . .

Tak perlu ada yang aku takutkan, kehilanganmu jauh dari pikiran. Karena jika satu hari kamu tidak muncul, kamu tidak pernah pergi terlalu jauh. Semakin kamu tidak ada, semakin aku yakin kamu tidak pergi kemana-mana.
Jika kamu hadir setiap waktu, aku malah takut kamu akan pergi suatu hari dan tidak akan kembali lagi.

Mudah sekali mencintaimu, aku mengerti kenapa kamu istimewa bagi seseorang. Pun bagaimana kamu sangat menyita perhatian. Selama ini aku mengenal benteng-benteng dan pagar-pagar dalam hal mencintai agar aku tidak terluka lagi jika aku terlalu tidak peduli dengan kenyataan di sekitarku. Maka, aku membatasi diriku, untuk tidak mencintaimu.

Sebuah penyiksaan manis. Sesungguhnya.
Aku tidak bisa mengakui cintaku padamu, karena ada hati lain yang mencintaimu lebih dulu dari aku. Dan mungkin lebih besar dari milikku

Unknown
" First Love Lies Deep " Apakah lo juga pernah ngalaminnya ?
Cinta pertama atau pacar pertama emang sulit dilupain....(ahaha #lebay) itu anggepan sebagian orang.
Tapi gue selayaknya seorang pecinta wanita mau gak mau meng-Amini nya. ^__^
Gini gini juga gue juga pernah dan ngalamin cinta pertama lho sob .
Dulu romantis banget cuy, pulang sekolah pulang bareng boncengan naik sepeda mini. So sweet lah
Kalo di inget-inget lagi jadi geli sendiri, ternyata kocak juga ya, culun ,,hahaa
Pacarannya maling-malingan, kalo ada temen lewat doi langsung narik tangan gue suruh cepet-cepet ngumpet. Jaman dulu HP itu masih tergolong barang "WAH" apalagi untuk anak SMP.
Naik kelas 2 gue dibeliin HP tuh sama Ibu gue. Tapi , ada Tapinya nih sob . . .Tapi, HP itu digunain berdua : gue ma Ibu gue,,,jiahhahaa.
So, kalo gue lupa apus sms-an sama doi si Ibu ngebaca nih,,,hahaha ;
Modus awal sms dulu pas belum jadian tuh nanyaknya ada PR apa gak,,ahhaha., yah masih klasik banget lah. tapi kesininya sih langsung aja cuyy,,,,tanceeeep hahaha
Saking seringnya si Ibu baca sms gue sama doi, Ibu gue penasaran sama doi.
Katanya sih pengin liat kayak apa orangnya. "Nggih mbenjang bu ", dengan lugu gue jawab rasa penasaran si Ibu.
Gue dan Ibu gue dah mangkal di halte, selain ibu penasaran sama si doi, Ibu juga nunggu bus. Maklum ibu gue seorang guru yang harus naik alat transportasi untuk sampe ke sekolahnya.
gak lama kemudian si doi sampe nih ke tempat penitipan sepeda.
" itu bu orangnya," telunjuk gue sambil nunjuk ke arah gadis mungil bersepeda warna merah .
" imut - imut yan ", si Ibu jawab.
"Bu, pamit berangkat sekolah (*cium tangan)", " Ati-ati, " ibu gue jawab.
Gue langsung nyamperin si doi. Si doi tanya " Siapa itu yan ? "Ibu ", jawab gue.
Di kelas doi tergolong pandai makanya banyak yang perhatian ma doi.
Selama gue pacaran ma doi gak ada yang tau, kalo anak jaman sekarang nyebutnya Back Street (*Back=Kembali, Strret= Jalan). Artiin sendiri yah sob ...
Dulu bapak gue pernah bisnis jamu, dia ngajak gue main ke rumah rekan bisnisnya . Ternyata rekan bisnisnya adalah ortu si doi.
" Wah, ternyata bapak gue temennya bapaknya to ", batin gue.
Bapaknya doi trus tanya gue " Sekolah dimana, kelas berapa ?"
Pura-pura gak tau , dengan lugu gue jawab sekolah di SMP ***, kelas 2,
" Oh, berarti kenal sama si ****** ya ? "tanya si bapaknya doi.
 "iya kenal pak ( *sambil senyum)." " sekelas ya masa gak tau sama anak bapak, (batinku)".
Gak lama kemudian si doi di panggil. " dek, nih ada temennya lho. kesini di ajak ngobrol "
Doi kaget tuh ternyata temen yang dimaksud bapaknya itu gue. hahhaa
Orang tua ngobrolnya ya ma orang tua. anaknya ya ma gue....jiahaha
sekitar 30 menitan gue ngobrol ini itu, ngalor ngidul sampai akhirnya bapak gue ngajak gue pulang. Dan karena dah sore juga.
Awal Juni SMP ngadain Study Tour ke Jogja.
Ya lumayanlah buat liburan dan refreshing. Jika ditanya duduknya sebelahan pas ke jogja ? ya tentu GAK.
bisa heboh nanti, kalo pada tau.
Nah pas ke lokasi wisata gue sering berduaan,,,ya namanya juga lagi cinta sob, bawaanya nempel trus
:D
Yang paling gue inget itu pas lagi jalan-jalan ke Malioboro, sambil nikmati malam di Jogja tanpa ragu doi gandeng tangan gue, entah knapa. takut ilang kali ya? hahaa
Dan doi sempat ngomong, " terima kasih ". Gue bingung waktu itu maksud dari ucapan "Terima Kasih" itu apa. ?
gue cuma jawab "Sebaliknya" . trus si doi minta di beliin boneka " yang itu, sambil nunjuk boneka spongebob".
Gue seneng liat doi bahagia, cuma dengan boneka.
Pas balik dari Jogja , doi nyamperin ke tempat duduk gue dan minta temen gue yang sebangku ma gue untuk pindah.
Gak selang lama doi bersandar di pundak gue, sambil ngomong terima kasih tlah dibeliin boneka.
"Jika aku lagi kesepian , aku mau peluk boneka ini , pengganti kamu " , katanya.
"Iya", spontan jawabku.
Mendadak doi nangis sambil ngomong " Maaf ya "
" Maaf buat apa ? " aku tanya heran.
" Maaf aku pernah nge-date (kencan) sama dia ( kakak kelas )", ngomong sambil terisak-isak
" aku tau, aku liat kok", aku jawab
" kok kamu tahu? gak protes ma aku ?gak marah ?", dia tanya heran
" Mau gimana lagi, bisa apa aku ? " jawabku lirih .
" Kalo pas aku di cium ma si A*** waktu ultahku, kamu juga tau? ", doi tanya lagi.
" Iya tau juga, dia kan temen deketku. Dia kan gak tau kalo kita pacaran ", jawabku
" kok kamu diem aja, ? gak marah gitu ?" tanya dia dengan kepala masih di pundak gue.
Maaf ya , Maaf banget, sambil pegang erat tangan gue.
" Iya ,. aku bisa deket sama kamu aja dah seneng , Terima Kasih ya", ngomong sambil pegang tangan doi.
Percakapan agak lama membawa kantuk, karena seharian juga dah muter-muter kota Jogja.
Sampe-sampe kita berdua ketiduran, Dan beberpa jam kemudian bus telah sampe didepan Sekolah.
Dan perjalanan indah ini juga mengakhiri untuk gue bercerita sekilas tentang cinta pertama gue.


Terima Kasih untuk kamu karena telah menjadi sesuatu hal yang indah di masa remajaku. ^__^
Semoga kamu dapat seseorang yang lebih baik kelak .


Unknown
antara sial atau nasib ? mungkin cerita kali ini.
sore tadi rencana sih mau bimbingan , maklumlah mahasiswa tingkat akhir (:penghalus kata "tua"),,hehehe ; tapi mendadak setelah sampai di TKP yang ada malah hamsyooong,,,, SUWUNG - gak ada satupun penghuni di ruangan itu. tanpa mengasih kabar si dosen "tercinta" ini malah dah pulang... hmmmm
ini kali kedua lho,,,rasanya kya di PHP-in sama dosen
dulu yang pertama gue sms si dosen dengan santun ala "jawa kraton" gue minta janjian untuk sekedar ngobrol gitu, sms pertama sekitar jam 7 sore, gak ada jawab. yaaah, baik sangka aja deh mungkin si dosen ini kecapean, atau mungkin gue kurang sopan sms jam segitu, menganggu jam keluarga....MUNGKIN.
di pagi harinya gue sms lagi nih dosen, tapi seperti kejadian tadi malem. GAK ADA BALES,,,,
rasanya sebel juga nih, tak tungguin lho sms si dosen ini sampe beberapa hari, tapi tetep gak ada sms masuk.
kalo gue telpon takut ganggu dia, dia kan dosen sibuk ( * alibi anak kos, duit buat pulsa mefeeet,,,hhehee)
mungkin saking sebelnya gak ada sms sampe beberapa hari , tak tinggal pulang kampung aja selama seminggu,,,,hahahaa
eh ternyataa,,,si dosen sms juga,,berbinar-binar lah gue.
capcus langsuuung balik semarang cuuuy demiiiii doseeeen lho ,,,hehehe
ketemuan di TKP biasa (*FEB), dah tak siapin lho semua proposal skripsinya, gue belajar lagi materi gue ,,,:D
masih inget waktu itu kayaknya hari jum'at, sekitar jam 2 waktu ketemuannya.
langsung aja ke TKP, gue salam ;" Assalamu'alaikum " di ruangan itu ada 3 orang, 2 pria 1 nya lagi si dosen "tercinta". Masuklah gue ke ruangannya menghadap nih gue, untuk PERTAMA kalinya,,,hahaaa.
setelah di persilahkan duduk , gue minta maaf karena agak terlambat sedikit ya sekitar 2 menitan lah.
si dosen langsung ngomong ke gue, " mas kemarin saya lupa bales sms ",.
spontan gue jawab, " oya bu gakpapa ( sambil senyum : gila enak banget ya , cuma gitu tok (batin) )".
trus si dosen malah nanya ke gue lagi " trus tujuannya kesini mau apa ?",
langsunglah gue sodorin map gue " ini bu, proposal skripsi saya , mohon di periksa ",,,,
" Oke, tak liat sekilas coba, trus mau di apain lagi ini mas? cek daftar pustaka lagi ya" ,
 " Iya bu, "aku spontan menjawab. " Trus ada lagi gak bu? ".
 " ya udah lanjutkan aja..." si dosen celetuk ngomong.
Tertegun, dan merasa begooo banget gue,,," yang mau di lanjutin itu gmn? bimbingannya masa cuma kaya gini? gak ada 5 menit (batinku)? "
" Oh gitu ya bu, ( masih gak percaya, ini gue lg bimbingan)."
" makasih atas waktunya" .
Sumpah rasannya bener" kaya di PHP sama dosen, dari kampung trus berangkat lagi ke kampus cuma untuk waktu gak ada 5 MENIT ?
PIYE PERASAANMU JAL ????

dah lama nih dah sekitar 3 mingguan apa lebih ya? dari bimbingan pertama itu yang cuma 5 MENIT , gue belum pernah bimbingan lagi. sampe-sampe temen-temen gue pada ngomong. " lho bukane penak dosenmu, sing liane cepet garape lho ya ".
aku cuma jawab " Iya sih, yang cepet ya cepet ".
sampai risih gue dengerin temen" gue yang tanya kok gak pernah bimbingan ?
akhirnya gue ngumpulin niat lagi buat sms si dosen " tercinta "kita ini.
20 Mei 2013 habis maghrib gue sms si dosen, yang intinya minta ketemuan.
kalo yang pertama dulu selama seminggu baru di bales, eh ini kok cepet banget bales sms gue, sekitar 5 menit ada pesan masuk dari si dosen.
Di sepakatilah ketemuan di TKP biasanya jam 5 sore. habis ngajar kursus katanya.
OKE,,,,sepertinya bimbingan kedua ini akan lancar (Amin)
Selasa, 21 Mei 2013 hari bimbingan yang dijadwalkan, kali ini gue bener - bener semangat .!!!
berangkatlah gue dari Krasty Bag ( : nama kos gue) sekitar jam 4 sore, coz gue harus nge-print dulu draft pertanyaan wawancara buat penelitian besok. rencana nya sih mau di ajuin ke si dosen, biar di cek dulu gitu.
Perjalanan dari kos ke TKP ya lumayan sih, mungkin sekitar 2,5 - 3 km gue jalanan kaki lho ,,,hohoo (* maklum mahasiswa kere boooos,,,hehee).
Akhirnya sampailah gue di TKP , sambil ngoos ngoosan karena takut terlambat dari jadwal janjian.
gue lihat jam di hape gue, ternyata masih belum terlambat, sampai 5 menit lebih awal ya sekitar jam 16.55 an lah.
Langsung aja gue menuju ruangan si dosen yang ada di pojok lantai 2, sambil ngelap keringet.
biar pas ketemu bisa lebih fresh gak keringetan, hehee....
tapi alangkah miris nya, pas dah sampai di depan ruangannya ternyata SUWUNG, gak ada orang sama sekali.
cuuus ambil hape , langsung gue sms si dosen menanyakan posisi si dosen .
gu tanya " ibu sekarang dmn ya? kok di ruangan dah sepi, gak ada orang ? "
si dosen langsung bales sms gue " DI RUMAH "

WHAAAAT !!!!! sumpah bener - bener gue lagi di uji kesabaran gue. " dah fix janjian jam 5 sore malah di tinggal balik omah ( batinku)!!!! lha mbokyo ngabariii po pye ? "

langsung gue bales lagi smsnya si dosen " oh gitu ya bu, trus kira-kira kapan ya bu bisa konsultasi "
si dosen bales, " sekarang bisa , dirumah saya "
Gak selang lama si dosen sms lagi " ini Yanuar yang dulu SMA SPG bukan ya ? "
langsung gue bales " saya YANUAR FILAYUDHA , ILPUS 2009 ".
habis itu gak ada respon lagi, gak ada sms lagi dari si dosen...................................

Dah 2 kali nih, apa ada yang ke 3, ke 4 dan seterusnya ?
kita tunggu kisahnya nanti

SALAM MIRIS

Unknown
Cerita pernah berkisah pada waktu
Mengiat awal kita bertemu
Darimu,
Aku belajar tentang sesuatu,
Yang pernah kuanggap semu
Teruntukmu,
Kekasih yang pernah mendiami ranah hati
Terima kasihku
Untuk waktu
Yang pernah terlewati,
Meski hati pernah merasa tersakiti,
Ikhlasku 
Untuk apapun yang pernah terjadi
Teruntukmu,
Kekasih yang pernah memiliki jiwaku,
Kau pergi
Tanpa permisi,
Tanpa pernah kau mau tahu,
Kepergianmulah
Yang kutangisi.
Teruntukmu,
Kekasih yang pernah mendiami sudut rindu,
Aku kan merindumu
Seperti dulu,
Temui aku
Ditempat terakhirmu
Aku kan datang
Bersama rindu
Yang tak sempat
Ku tunjukkan dulu . . .
Teruntukmu,
Kekasih yang pernah mencintaiku,
Pergilah bersama doaku . . .
Dunia tak bisa lagi menyakitimu,
Kau abadi,
Kini . . .
Teruntukmu,
Kekasih yang kini pergi
Dan takkan kembali,
Selamat jalan
Dan sampaikan salamku
Untuk Illahi
Sampai jumpa
Nanti . . .

Ahabbakal ladzi
Ahbabtanii llah
Terima kasih karena kau menyukaiku
Smoga Allah mencintaimu .


Unknown

Allah, aku kesepian
Kini ku sendiri,
Di mana aku, tak perlu lagi ditanya
Di mana Engkau, tak usah lagi dijawab
Sepiku SendiriMu
SepiMu sendiriku

Allah, aku sunyi
Dalam diamku, tiada ucap selain namaMu
Tak ada yang sentuh heningku
Tak ada yang jangkau sepiMu
Aku dalam selaput Rahasia Dikau

Allah, aku sedih
Dalam pedihku, perpisahan kuratapi
Dalam perihku, perjumpaan kudambai
Duka ini abadi
Kurindu RinduMu, kucinta CintaMu

Allah, aku binasa
Daku tiada ada selain sirna
Diriku lenyap, DiriMu senyap
Musnah sudah segala wajah
Maha Agung Engkau
Dzat Yang Ada Awal Kekal
Unknown
Kau tak pernah sekedar sketsa.
Bagiku, 
Goresan tentangmu selalu utuh.
Hanya sedikit waktu yang kuperlu 
Tuk mengingatmu.
Sisanya, 
Sebagian besar umurku , habis untuk gagal melupakanmu.

Kau tak punya senggang, 
Aku tak miliki waktu luang. 
Yang ada kini cuma hati lapang,
Aku menghabiskan sepanjang hari 
Untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.

Ketika malam tiba, 
Mengapa bukan pelita?
Pelukmukah yang bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu, 
ketika mulai dingin menjamah malamku.

Bila tak bisa mengerti, 
Cobalah tidak mengerti.
Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan sepasang remaja 
Kelak di ufuk umur yang menua 
Merah bata. . .
Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, 
Tapi bait -bait peristiwa yang kita bingkai.

Berkawan sunyi, 
Kulawan sepi,
Sendiri. . . 
Siapa saja boleh mengutip kata -kata rindu,
Toh mereka tetap harus mencantumkan 
kau dan aku.

Yang kumau bukan peredam, 
Bukan pula pereda.
Rindu bukanlah soal dendam, tak juga melulu cinta.

Rindu tak mengenal lelah, 
meski cinta tak pernah rehat
Aku tidak sedang bermimpi, 
Sejak kau bukanlah imaji.

Sebenarnya 
Bukan kau yang berbahaya, 
Tapi cintaku yang menggila.
Jika kau sudah selesai, 
aku hanya ingin dibelai.

Cinta selalu butuh bahan tertawaan 
Agar buku harian tak penuh tangisan.
Dan,
Delapan penjuru rindu, 
Berpelukan menyeru bait bait aksara,
Namamu





Unknown
Sekali lagi
Wajah itu
kian menghitam
Berganti ayu
Walau dengan warna pias,
Sekali ini juga
Kau mengintipku
Lewat guyuran
Raja timur
Di sebalik cakrawala.
Sekiranya,
Tlah jadi saksi
Bibir penuh luka
Berpoles gincu
Senyum teduh,
Di sebalik hati
yang kian melepuh,
Kini,
kau tebarkan . . .
Label: 0 komentar | edit post
Unknown
Kamu adalah puisi
Diantara rintik hujan
Yang jatuh ke semesta
Yang membuatku
Seolah pujangga
Membisukan mulut
Tapi,
Menjeritkan hati
Didalamnya . . .
Kamu,
Adalah ghaib senyum
Dibibir yang murung
yaa...Bibirku
Kamu,
Adalah rinai itu sendiri
Meriuh jatuh dikepalaku
Dan Banjir disitu .
Kamu ,
Adalah ciuman di pagi buta
Dibelakang taxi
Yang kita tumpangi
Tukar lidah
Diantara embun-embun
Yang baru lahir
Kamu ,
Adalah lengan
Yang merengkuhku
Dimalam yang buta
Membelah sepi
Kota Jogja
Menanggalkan serpihan rindu
Di lampu - lampu jalan
Yang redup
Lalu,
Aku adalah Ia
Yang kini
Hatinya kau rajut
Diantara Embun ,
Lampu- lampu kota
Dan ciuman di pagi buta
Sedangkan Kamu
Adalah Ia
Puisi disela rinai hujan
Yang tak reda di kepala,
Pun hati,
Yang tlah kau genggam
Di tangan kiri . . .

Label: 0 komentar | edit post
Unknown
Kau bicara,
Dia bicara,
Mereka bicara,
Bahwa cinta adalah bunga-bunga
yang merekah kala pagi
Sesudahnya malam menyumbat
warnanya !!!

Cinta katanya
sumbu bahagia
Meresap minyak kehidupan
Dan dinyalakan gelora !

Tapi ,
Aku ingin bicara
Sekali saja
padamu,
padanya,
pada mereka

Cinta tak selamanya bahagia
kadang mencipta luka
Mendera lara
putus asa
gila
dan bahkan
bunuh diri . . .!


Sample Text

Text Widget

Category

Powered By Blogger

Popular Posts